BAB I
Pendahuluan
Latar
Belakang
Banyak orang
sering membuat generalisasi bahwa seluruh manusia di dunia memiliki cara
berpikir yang sama, perasaan yang sama, sehingga bisa dengan mudah menerima
ide-ide global. Antropologi membuka wacana orang dengan lebih luas. Seorang antropolog sering di
identikkan dengan kegiatan menggali tanah. Padahal sebenarnya banyak sekali kajian dan aspek yang
dipelajari dalam antropologi, tidak hanya sekedar soal peninggalan budaya namun
jauh lebih meluas pembelajarannya. Di dalam makalah ini tentunya yang kami buat
lebih memfokuskan pada salah satu dari kajian ilmu antropologi yakni
antropologi cultural atau budaya. Tentu bagi kita sudah tidak terlalu asing
mengenai hal itu, sebab kita sangat sadar dan sering melewatinya dalam
kesehari-harian kehidupan. Dan di dalam kajian antropologi budaya inilah yang
akan mempelajari fenomena-fenomena bagaimana suatu kejadian dapat berlangsung,
bagaimana seseorang dapat bersikap, berperilaku, beradat, serta beradab seperti
seberagam di dewasa ini.
Rumusan
Masalah
Di dalam makalah dari kelompok kami ini
yang akan kami bahas adalah:
- Bagaimana suatu teknik dan strategi etnografi
berlangsung?
- Apakah boleh penerapan antropologi dalam
terorisme?
- Apa sajakah metode-metode antropologi budaya yang
telah diterapkan dari dulu di dunia?
Tujuan
Penulisan
Makalah kami memiliki tujuan yakni agar
para pembaca dapat mempelajari dan menelaah lebih kritis mengenai aspek
kultural/budaya yang ada di sekelilingnya.
BAB II
Isi
Seelumnya ada 4 sub-kajian
pada bidang antropologi diantaranya:
1. Antropologi Sosiokultural (antropologi kultural;
mempelajari perubahan yang terjadi pada kehidupan sosial dan adat kebiasaan,
keanekaragaman)
2. Antropologi Arkeologikal (hampir sama dengan
antropologi kultural namun lebih mempelajari peninggalan atau fossil-fossil di
bumi)
3. Antropologi Biologis (mempelajari perubahan pada
karakteristik-karakteristik fisik)
4. Antropologi
Linguistik (mempelajari bahasa-bahasa baik yang kuno maupun modern)
Yang akan dibahas adalah
mengenai antropologi kultural. Teknik penelitian tradisional yang digunakannya
sering juga disebut sebagai etnografi. Teknik etnografi sering dianggap sebagai
teknik terbaik untuk meneliti bagaimana orang menjalani kehidupannya dan
mengambil keputusan, dan sering ditujukan kepada kelompok kecil.
Untuk
pencapaiannya, seorang etnografer mengadaptasi strategi untuk mengumpulkan
informasi yakni berpindah dari lokasi ke lokasi, tempat ke tempat, subjek ke
subjek untuk menemukan keterkaitan dan ketotalan pada kehidupan sosial pada
jangka waktu yang cukup lama. Etnografer yang dulu bahkan awalnya tinggal di
tempat kecil lalu mengisolasikan dirinya dari teknologi serta perekonomian
modern. Ada beberapa karakteristik pada
teknik etnografi diantaranya adalah:
1.
Langsung, tindakan observasi langsung.
Kegiatan yang dilakukan adalah harus
memerhatikan detail pada kehidupan aslinya, event-event khususnya hingga
hal-hal aneh lainnya. Kadang seorang etnografer bisa mengalami ‘Culture Shock’
yaitu alineasi perasaan kaget atau aneh dimana kultur yang ia terima/pelajari
sekarang berbeda dengan yang ia jalankan sebelumnya, namun perlahan-lahan akan
bertumbuh dan bisa ia terima. Maka untuk menghindari hal itu (culture shock
–red) adalah menjadi partisipan.
- Pembicaraan formalitas derajat yang
bervariasi.
Pada saat berpartisipasi tentu
kita berkontak langsung dan berkomunikasi langsung dengan penduduk di sekitar
area tujuannya. Kita dapat menanyakan beberapa pertanyaan dan sekaligus
mempelajari mengenai bahasa daerah serta adat yang mereka miliki. Setelah
mengerti basic dari bahasa daerah itu kita bisa ke interview dan diskusi
mendalam selanjutnya.
- Metode geanalogis
Seperti orang biasa lainnya, kita mengenal keturunan kita dengan mencari
tahu silsilah keluarga kita. Metode ini juga dapat di lakukan etnografer dengan
mengumpulkan data kesilsilahan keturunan melalui link pernikahan atau sanak
saudara kelompok tujuan tersebut. Dari data itu kita dapat mengetahui sejarah
dan situasi keadaan yang sedang dihadapi kelompok itu sekarang.
- Bertemu dengan konsultan/informan disana
Biasanya di lingkungan situ ada orang ‘pintar’ atau semacam kepala sukunya
yang bisa etnografer serap info darinya.
- Sejarah
Hidup
Etnografer mengumpulkan
informasi mengenai sebuah kebudayaan melalui sejarah hidup seorang anggota
komunitas. Etnografer dapat mengetahui bagaimana pendapat orang tersebut,
bagaimana reaksi mereka atas sesuatu, dan mengetahui perubahan-perubahan yang
mempengaruhi kehidupan mereka menggunakan strategi emic dan etic.
- Penelitian ke masalah khusus
Yaitu karena seorang etnografer terkadang tidak bisa mencari info secara
keseluruhannya maka diorientasikan info atau masalah apa yang hendak dicari.
- Penelitian Longitudinal ---
Penelitian ini adalah
penelitian jangka panjang pada sebuah komunitas, daerah, masyarakat, budaya,
ataupun obyek-obyek lainnya, yang dilakukan dengan kunjungan berulang. Biasanya
penelitian ini juga dibarengi bersama team-team lain maka sering dianggap juga
sebagai penelitian team.
Haruskah Antropolog Studi Terorisme ?
Selama beberapa dekade saya pernah
mendengar antropolog mengeluh bahwa pejabat pemerintah gagal untuk menghargai
temuan antropologi yang relevan untuk membuat kebijakan informasi. Berdasarkan
pengalaman masa lalu, ulama khawatir bahwa pemerintah mungkin menggunakan
pengetahuan antropologi untuk tujuan dan cara-cara yang etis bermasalah.
Antropologi harus mempelajari tentang terorisme karena antropologi sendiri
yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia dan budayanya, tidak seperti
sosiologi yang mempelajari tentang manusia dan masyarakatnya, hal ini akan
lebih mempermudah para antropolog dalam mempelajari kecenderungan tiap individu
dalam melakukan suatu kejahatan. Namun, bukan berarti antropologi dapat
melakukan semua hal itu sendiri tetapi juga dibantu oleh ilmu lainnya seperti
sosiologi dan kriminologi yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam mengukur,
dan membandingkan pengaruh indikator sosial, banyak studi antropologi
kontemporer memiliki dasar statistik. Bahkan di lapangan pedesaan bekerja, antropolog
sekarang lebih mengambil contoh, mengumpulkan data kuantitatif, dan menggunakan
statistik untuk menafsirkan mereka. Informasi kuantitatif dapat mengizinkan
lebih tepat penilaian persamaan dan perbedaan antara masyarakat. Analisis
statistik dapat mendukung dan melengkapi account etnografi kehidupan sosial
setempat.
Ciri khas etnografi: Antropolog masuk masyarakat dan mengenal
orang-orang mengamati masalah. Mereka berpartisipasi dalam kegiatan lokal,
jaringan, dan asosiasi di kota
atau pedesaan.
Teori-teori dalam antropologi:
·
Teori Evolusi
Merek Morgan evolusionisme dikenal sebagai evolusionisme
unilinear, karena ia menyangka, ada satu line atau jalur yang dilalui semua
masyarakat harus berevolusi. Dalam teori evolusi ini berarti setiap manusia akan
terus berkembang dari tahapan yang paling sederhana menuju ke masyarakat yang
lebih kompleks seiring dengan kemajuan zaman. Tahapan ini akan terus berkembang
sampai pada akhirnya individu itu meninggal. Tapi, dalam tahap perkembangan ini
tidak ada batasan-batasan tertentu untuk menandai bahwa telah terjadi evolusi.
Menurut
Morgan evolusi kebudayaan secara universal melalui delapan tahapan (Dadang
Suparlan, 2007:223) yaitu:
1.Zaman
Liar Tua. Zaman sejak manusia ada samapai menemukan api, kemudian manusia
menemukan keahlian meramu dan mencari akar-akar tumbuhan liar untuk hidup.
2. Zaman Liar Madya. Zaman di mana manusia menemukan senjata busur dan panah. Pada zaman ini manusia mulai merobah mata pencahariannya dari meramu menjadi pencari ikan.
3. Zaman Liar Muda. Pada zaman manusia menemukan senjata busur dan panah sampai memiliki kepandaian untuk membuat alat-alat dari tembikar namun kehidupannya masih berburu.
4. Zaman Barbar Tua. Zaman sejak manusia memiliki kepandaian membuat tembikar sampai manusia beternak dan bercocok tanam.
5. Zaman Barbar Madya. Zaman sejak manusia beternak dan bercocok tanam samapai menemukan kepandaian membuat alat-alat atau benda-benda dari logam
6. Zaman Barbar Muda. Zaman sejak manusia memiliki kepandaian membuat alat-alat dari logam sampai manusia mengenal tulisan.
7. Zaman Peradaban Purba, menghasilakan beberapa peradapan klasik zaman batu dan logam
8. Zaman Masa Kini, zaman peradapan klasik sampai sekarang.
2. Zaman Liar Madya. Zaman di mana manusia menemukan senjata busur dan panah. Pada zaman ini manusia mulai merobah mata pencahariannya dari meramu menjadi pencari ikan.
3. Zaman Liar Muda. Pada zaman manusia menemukan senjata busur dan panah sampai memiliki kepandaian untuk membuat alat-alat dari tembikar namun kehidupannya masih berburu.
4. Zaman Barbar Tua. Zaman sejak manusia memiliki kepandaian membuat tembikar sampai manusia beternak dan bercocok tanam.
5. Zaman Barbar Madya. Zaman sejak manusia beternak dan bercocok tanam samapai menemukan kepandaian membuat alat-alat atau benda-benda dari logam
6. Zaman Barbar Muda. Zaman sejak manusia memiliki kepandaian membuat alat-alat dari logam sampai manusia mengenal tulisan.
7. Zaman Peradaban Purba, menghasilakan beberapa peradapan klasik zaman batu dan logam
8. Zaman Masa Kini, zaman peradapan klasik sampai sekarang.
·
Teori Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski
(1884-1942) yang selama Perang Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli
pulau Trobrian untuk mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan
observasi berperan serta (participant observation). Ia mengajukan teori
fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan
bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut
terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsional atas kebudayaan menekankan
bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan
bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam
kebudayaan yang bersangkutan.
·
Teori Configurasional
Pendekatan budaya yang disebut configurationalism. Hal ini
terkait dengan fungsionalisme dalam arti bahwa kebudayaan dipandang sebagai
terintegrasi. Meskipun sifat mungkin menyebar dalam dari berbagai arah,
Benediktus menekankan bahwa ciri budaya memang unik bermotif atau terintegrasi.
Mead terutama tertarik pada bagaimana budaya bervariasi dalam pola enkulturasi.
Menekankan plastisitas dari sifat manusia, ia melihat budaya sebagai suatu
kekuatan besar yang menciptakan hampir kemungkinan yang tak terbatas. Mead
lebih tertarik dalam menggambarkan bagaimana budaya yang unik bermotif atau
dikonfigurasi daripada dalam menjelaskan bagaimana mereka harus menjadi seperti
itu.
·
Teori Neoevolusi
Teori Neo-Evolusi, lebih menekankan pada pemikiran
yang memisahkan arti antara evolusi dengan kemajuan. Perbedaan
kedua pemikiran ini menunjukkan apa sesungguhnya manusia, dan perbedaannya
dengan makhluk yang lainnya.
Kultural
Materialisme
Merupakan orientasi penelitian antropologi pertama kali diperkenalkan oleh
Marvin Harris pada tahun 1968 di bukunya “The Rise of Anthropology Theory”. Untuk Harris, cultural materialism didasarkan pada premis
sederhana bahwa kehidupan sosial manusia merupakan respon terhadap masalah
praktis keberadaan duniawi. Konsep
Harris materialisme budaya dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Karl Marx dan
Friedrich Engels, namun materialisme budaya berbeda dari materialisme dialektika
Marxis, serta dari materialisme filosofis. Karya
Thomas Malthus mendorong Harris untuk mempertimbangkan reproduksi sama
pentingnya dengan produksi. Strategi penelitian juga dipengaruhi oleh karya
antropolog sebelumnya termasuk Herbert Spencer, Edward Tylor dan Lewis Henry
Morgan yang pada abad ke-19 pertama kali mengajukan bahwa budaya
berkembang dari kurang kompleks untuk semakin kompleks dari waktu ke waktu.
Leslie White dan
Julian Steward dan teori mereka tentang evolusi budaya dan ekologi budaya
berperan dalam timbulnya kembali teori evolusionis budaya di abad ke-20 dan
Harris mengambil inspirasi dari mereka dalam merumuskan materialisme budaya. Pada tahun 1968 dengan Harris yang teorinya Kebangkitan
Teori Antropologi, kritik luas dari pemikiran Barat tentang budaya.
Materialisme budaya adalah strategi penelitian ilmiah dan dengan demikian menggunakan metode ilmiah. Pertanyaan utama yang timbul dalam menerapkan teknik ilmu pengetahuan untuk memahami perbedaan dan persamaan antara budaya adalah bagaimana strategi penelitian “memperlakukan hubungan antara apa yang orang katakan dan pikirkan sebagai subyek dan apa yang mereka katakan dan pikirkan dan lakukan sebagai objek penyelidikan ilmiah”.
Materialisme budaya adalah strategi penelitian ilmiah dan dengan demikian menggunakan metode ilmiah. Pertanyaan utama yang timbul dalam menerapkan teknik ilmu pengetahuan untuk memahami perbedaan dan persamaan antara budaya adalah bagaimana strategi penelitian “memperlakukan hubungan antara apa yang orang katakan dan pikirkan sebagai subyek dan apa yang mereka katakan dan pikirkan dan lakukan sebagai objek penyelidikan ilmiah”.
Prinsip-prinsip teoritis
·
Etik dan perilaku Infrastruktur, terdiri dari
hubungan masyarakat terhadap lingkungan, yang meliputi etika dan perilaku
(hubungan material)
·
Etik dan perilaku Struktur, etika dan ekonomi
domestik dan politik perilaku masyarakat (hubungan sosial)
·
Etik dan perilaku Suprastruktur, etika dan
aspek simbolis dan ideasional perilaku masyarakat (hubungan simbolis dan
ideasional)
·
Emic dan mental Suprastruktur (Harris
1979:54) (hubungan bermakna atau ideologis)
CULTURE AND THE INDIVIDUAL
Gerakan budaya dan kepribadian merupakan inti
dari antropologi pada paruh pertama abad ke-20. Kebudayaan dan kepribadian
menurut pandangan Franz Boas dan beberapa murid-muridnya (seperti Ruth
Benedict) menentang bahwa dari evolusionis awal, seperti Louis Henry Morgan dan
Edward Tylor, yang percaya setiap budaya harus melalui sistem evolusi yang sama
hirarkis.
Karena kurangnya keseragaman dalam studi Kebudayaan dan Kepribadian, setidaknya ada lima sudut pandang yang berbeda ketika mempelajari interaksi antara budaya dan kepribadian. Ini cara tertentu membagi lapangan diambil dari LeVine dalam Budaya, Perilaku dan Kepribadian (1982).
Pandangan pertama dan paling dikenal adalah yang digunakan oleh Ruth Benedict, Mead Margret, dan Geoffrey Gore. Ini dikenal sebagai pendekatan konfigurasi dan gabungan ide Boasian relativisme budaya dengan ide-ide psikologis.
Pandangan kedua adalah bahwa hubungan anti - budaya - kepribadian. Pandangan ini menyatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk membahas jiwa individu. Dalam pandangan ini, manusia telah mengembangkan respon disesuaikan dengan kondisi lingkungan untuk bertahan hidup.
Karena kurangnya keseragaman dalam studi Kebudayaan dan Kepribadian, setidaknya ada lima sudut pandang yang berbeda ketika mempelajari interaksi antara budaya dan kepribadian. Ini cara tertentu membagi lapangan diambil dari LeVine dalam Budaya, Perilaku dan Kepribadian (1982).
Pandangan pertama dan paling dikenal adalah yang digunakan oleh Ruth Benedict, Mead Margret, dan Geoffrey Gore. Ini dikenal sebagai pendekatan konfigurasi dan gabungan ide Boasian relativisme budaya dengan ide-ide psikologis.
Pandangan kedua adalah bahwa hubungan anti - budaya - kepribadian. Pandangan ini menyatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk membahas jiwa individu. Dalam pandangan ini, manusia telah mengembangkan respon disesuaikan dengan kondisi lingkungan untuk bertahan hidup.
Pandangan ketiga adalah reduksionisme
psikologis. Ini melibatkan melihat aspek psikologis individu sebagai penyebab
perilaku sosial.
Pandangan keempat adalah mediasi kepribadian yang dikembangkan oleh Abram Kardiner, psikoanalis, dengan Ralph Linton, seorang antropolog. Mereka berteori bahwa lingkungan mempengaruhi lembaga-lembaga utama, seperti subsisten dan pola pemukiman, suatu masyarakat. Pandangan ini diambil dari sosiologis dan budaya dengan pendekatan reduksionisme psikologis.
Pandangan kelima adalah sistem yang dikembangkan oleh Inkeles dan Levinson dan Melford Spiro. Mereka menyatakan bahwa budaya dan kepribadian berinteraksi dan menyeimbangkan satu sama lain. Dengan kata lain, budaya dan kepribadian yang saling tergantung dan melacak sepanjang kurva saling berhubungan. Karena praktek sosialisasi khas dalam masyarakat yang berbeda, masing-masing masyarakat memiliki budaya yang unik dan sejarah. Berdasarkan perspektif ini, orang tidak boleh berasumsi hukum universal mengatur bagaimana budaya dijalankan.
Antropologi Simbolik dan Intrepretetif
Clifford Geertz (1973) mengemukakan suatu definisi
kebudayaan sebagai suatu system keteraturan dari makna dan symbol-simbol.
Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara atau bentuk-bentuk tertulis yang
diberi makna oleh manusia. Kata-kata adalah persepsi konseptual mengenai dunia,
yang terkandung dalam symbol-simbol. Victor Turner (1975) mengelompokkan
antropologi simbolik menjadi dua. Pertama, kelompok yang memusatkan perhatian
pada system abstrak yang meliputi ahli liguistik, strukturalis dan antropolog
kognitif. Kedua, kelompok yang memusatkan perhatian pada symbol dan kelompok
dinamika social.
Strukturialisme
Antropologi struktural didasarkan pada
gagasan Claude Lévi - Strauss yang berubah struktur-struktur dalam ada di semua
budaya dan akibatnya semua praktek-praktek budaya memiliki homolog rekan-rekan
dalam budaya lain.
Pendekatan Levi-Strauss muncul sebagian besar
dari yang diuraikan oleh Marx dan Hegel, meskipun itu dialektikanya kembali ke
filsafat Yunani Kuno. Hegel menjelaskan bahwa dalam setiap situasi ada dapat
ditemukan dua hal yang berlawanan dan resolusi mereka. Levi-Strauss berargumen bahwa pada
kenyataannya, budaya memiliki struktur. Misalnya, bagaimana menentang ide akan
melawan dan juga dapat diselesaikan dalam aturan pernikahan sesuai dalam
mitologi dan ritual. Pendekatan ini mengutamakan kepada ide-ide baru dan
inovatif. Hanya mereka yang mempraktekkan analisis struktural disadarkan
oleh pekerjaan sehari-hari mereka apa yang mereka benar-benar mencoba untuk
melakukan : yaitu, untuk menyatukan kembali perspektif yang sempit pandangan
ilmiah dari abad terakhir telah terlalu lama diyakini saling eksklusif :
kepekaan dan kecerdasan, etik dan emik, kualitas dan kuantitas ,beton dan
geometris, serta lainnya seperti yang kita pandang saat ini.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Meski etnografi adalah teknik tradisional
jika dibandingkan dengan metode survey (yaitu melakukan teknik sampling atau
memberikan quiestionnaire pada penduduk) namun informasi yang didapat bisa
lebih kompleks dan detail karena sang antropolog itu turun langsung ke lapangan
dan menjadi bagiannya sehingga dapat mencakupi pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Dalam metode mengenai
istilah-istilah yang telah tersebar di dunia, semua kembalik dengan bagaimana
kita memandang diri kita sendiri sebgaia manusia dan sebagai anggota masyarakat
dan bagian dari kebudayaan.
Disusun oleh: Catharine Chelsea, Natasya Olivia, Putra Fadillah
Baccarat | FEB Casino
BalasHapusThe classic baccarat game is available 바카라 사이트 for only $0.40 per spin on 샌즈카지노 our 제왕 카지노 Baccarat Casino Games. It's a classic way to play that's fun and